-->

Thursday, March 3, 2016

Menunggu Hasil Kebijakan Suku Bunga Negatif

Biasanya, ketika kita meminjamkan sejumlah uang kepada pihak lain termasuk bank, kita akan mendapatkan bunga sebagai imbalan. Belakangan, frasa suku bunga negatif semakin banyak terdengar. Bank sentral besar seperti Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Jepang (BOJ) sudah memberlakukan kebijakan tingkat suku bunga negatif ini.

Menunggu Hasil Kebijakan Suku Bunga Negatif
Para pebisnis berjalan melewati kantor pusat Bank Sentral Jepang di Tokyo, Jepang, Senin (15/2/2016). Ekonomi Jepang merosot lebih dari yang diperkirakan di kuartal akhir tahun 2015, seiring menurunnya pengeluaran konsumen dan ekspor. Hal itu menambah beban pikiran para pembuat keputusan yang khawatir gangguan pada pasar uang dapat menghambat pemulihan ekonomi.
Satu dekade lalu, tingkat suku bunga negatif hanya merupakan wacana. Sejak dua tahun lalu, langkah ini mulai menjadi kenyataan di beberapa negara kecil di Eropa. Apalagi, setelah bank sentral kuat seperti Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Jepang memberlakukan suku bunga negatif.

Bank sentral Swedia memberlakukan suku bunga negatif 0,5 persen dari negatif 0,35 persen. Bank sentral menyatakan, suku bunga dapat saja menjadi semakin negatif. Di bursa, kebijakan seperti ini ditanggapi negatif karena para investor khawatir kebijakan suku bunga negatif akan memangkas laba perbankan.

Apakah kebijakan ini akan berhasil? Tampaknya akan sangat tergantung dari banyak hal. Pada strategi suku bunga negatif yang diambil oleh ECB dan bank sentral Swedia, perbankan komersial melanjutkan kebijakan ini kepada para nasabahnya. ECB saat ini mematok suku bunga negatif sebesar 0,3 persen. Artinya, ketika bank-bank komersial menitipkan uang ke bank sentral akan dikenai biaya sebesar 0,3 persen bukan mendapatkan bunga atau imbalan. Bank komersial melanjutkan kebijakan ini dengan berbagai cara, seperti membebankan biaya tinggi kepada nasabahnya.

Tidak hanya di perbankan, suku bunga negatif juga tecermin dalam obligasi pemerintah berjangka panjang. Misalnya saja jika kita membeli obligasi Pemerintah Swiss bertenor dua tahun harus membayar harga yang akhirnya menghasilkan imbal hasil sebesar negatif 1,12 persen. Bahkan obligasi bertenor 10 tahun juga memiliki imbal hasil negatif.

Tetapi, suku bunga negatif jarang terjadi pada obligasi korporasi. Perusahaan dipandang lebih memiliki risiko tinggi ketimbang pemerintah sehingga mereka tetap harus membayar suku bunga lebih tinggi. Obligasi korporasi yang bersuku bunga negatif sangat jarang, tetapi ada, seperti obligasi yang dikeluarkan oleh produsen makanan besar Swiss, Nestle.


Modal usaha

Bagaimana kebijakan itu membantu perekonomian? Dengan tingkat suku bunga negatif, diharapkan suku bunga pinjaman akan sangat rendah sehingga banyak orang yang dapat mengakses uang agar dapat menjadikan uang tersebut sebagai modal usaha atau konsumsi. Dengan demikian, perekonomian dapat berjalan.

Namun, ada pula yang mempertanyakan kesuksesan kebijakan tersebut. Ada yang mempertanyakan bagaimana daya suku bunga negatif untuk memicu inflasi. Kebijakan yang diambil Bank Sentra Eropa dan Jepang itu diperkirakan tidak akan sukses seperti di Denmark. Di Denmark, kebijakan itu sudah berjalan 3,5 tahun. Di sana orang-orang tidak menarik deposito yang memberikan bunga tipis dari bank dan menyimpan uang mereka di bawah bantal.

Bagaimana kebijakan ini akan bermanfaat di Eropa dan Jepang masih harus dilihat lagi.

(New York Times/Bloomberg)- kompas print
Oleh : Joice Tauris Santi

Previous
Next Post »